Bunda pernah ceritakan di
blog ini tentang pengalaman pertama Kanaya ke dokter gigi.
Alhamdulillah pengalaman yang lumayan menyenangkan dan yang membuat
Kanaya tidak pernah menolak bila di ajak ke dokter gigi.
Tapiiiii, di kemudian
hari, ternyata acara ke dokter gigi jadi horor bagi Kanaya. Suatu
saat dokter yang biasa menanganinya tidak ada, jadi bunda ganti dokter
yang lain. Bunda pikir karena dokter gigi khusus anak dan ada di
rumah sakit yang cukup terkenal, perlakuan dokternya akan sama saja
seperti dokter sebelumnya. Ternyata dokter yang ini agak kurang ramah
dengan anak-anak dan tidak komunikatif.
Saat mengambil tindakan
dia tidak menginformasikan apapun, langsung saja gigi Kanaya di bor
dengan suara yang bagi anak-anak mungkin agak menyeramkan. Bunda yang
memangku Kanaya jadi ikutan panik karena sepertinya Kanaya kesakitan
dan mulai menangis keras. Bu dokter tetap melanjutkan aktivitasnya
sambil bilang, biarin aja nangis yang penting mulutnya terbuka.
Duuh, bunda cuma bisa bilang sabar ya nak. Selesai tindakan,
Kanaya masih menangis sambil digendong memeluk ayahnya. Stiker yang
diberikan bu dokter pun dipegang tanpa semangat.
Sejak saat itu dia tidak
mau lagi ke dokter gigi. Trauma masih membekas. Dengan segala bujuk
rayu tetap saja dia menolak dan ujung-ujungnya akan menangis. Tentu
saja bunda bingung karena Kanaya sering mengeluh sakit gigi tapi saat
diajak ke dokter gigi sudah menangis duluan.
Suatu hari bunda juga
sakit gigi tapi belum sempat ke dokter gigi. Secara tidak sengaja
bunda melewati sebuah rumah tempat praktek dokter gigi saat sedang ke
rumah sepupunya Kanaya. Langsung bunda datangi dokternya untuk
periksa gigi. Sakitnya sudah tidak tertahankan, jadi bunda putuskan
diperiksa saat itu juga.
Kanaya ikut serta saat
itu, dia menyaksikan sendiri bagaimana dokter gigi itu menangani
bundanya. Dokternya baik, ramah, komunikatif. Dia memberikan no WA
nya untuk konsultasi dan janjian apabila bunda mau kesana lagi.
Alhamdulillah memang jodohnya dapat dokter gigi yang baik. Apalagi
dia juga biasa menangani anak-anak. Bunda tidak sia siakan kesempatan
ini untuk mencoba kembali membujuk Kanaya.
Butuh waktu beberapa hari
untuk meyakinkan Kanaya bahwa kali ini dia akan mendapatkan pelayanan
yang lebih baik dari sebelumnya. Alhamdulillah meskipun terlihat
masih agak takut, mau juga di ajak ke dokter gigi. Sampai depan pintu ruangan dokter, langkahnya berhenti dan bilang, aku takut bun. Bunda terus
semangati bahwa dia anak yang pintar dan tidak takut sama dokter
gigi.
Saat masuk ruangan praktek, bunda minta izin ke dokter untuk
menyuruh Kanaya memegang semua peralatan di ruangan itu, termasuk
alat untuk mengebor gigi (apa namanya ya ). Supaya dia merasa nyaman
dan meyakinkan bahwa peralatan itu tidak menyeramkan dan tidak
menyakitinya. Bu dokter juga malah menyemprotkan alat yang seperti
hembusan angin ( engga tau juga namanya apa :) ) ke tangan Kanaya,
dan bilang, tuh enggak apa-apa kan....
Setelah dia sudah
tersenyum, baru tindakan dimulai. Kanaya masih dipangku ayah, dan
selama tindakan, mulut bunda terus bicara untuk menyemangati Kanaya.
Bu dokter juga ikut memuji muji keberanian Kanaya. Setiap akan
melakukan apapun bu dokter pasti menyampaikan terlebih dahulu. Bu
dokter mau bersihkan kumannya ya, mau usir kumannya ya, ini bu dokter
semprot pakai air ya, maaf ya agak dikorek sedikit supaya kuman
enggak punya rumah lagi dst.
Kunjungan berikutnya
bunda tawarkan untuk duduk di kursi pemeriksaan sendiri tanpa
dipangku ayah. Alhamdulillah dia menurut. Malah terlihat nyaman,
karena duduknya lebih santai dengan posisi kaki di tekuk seperti
sedang nonton tivi. Jika ada yang sakit dia berteriak pelan tapi
hanya sebentar dan anteng lagi menunggu bu dokter selesai memeriksa.
Good job nak, bunda
bangga deh Kanaya sudah mulai berani lagi ke dokter gigi. Semoga
giginya sehat dan enggak sakit-sakit lagi yaaa...