Kaysan 4 bulan

Jumat, 15 Juli 2016


Alhamdulillah Kaysan sudah hampir 4 bulan usianya, makin gesit, montok dan menggemaskan. Bikin bunda kangen saat di kantor dan kepengen cepat-cepat pulang menciumi pipinya yang gembil.

Ini dia beberapa catatan bunda tentang Kaysan :

S U N A T

Yup, Kaysan sudah disunat lho. Sejak usia dua minggu ayah dan bunda memutuskan Kaysan untuk disunat lebih cepat sebelum dia bisa telungkup sendiri. Awalnya bunda agak ragu karena merasa tidak tega dan sudah membayangkan dia akan rewel selama berhari hari. Tapi justru testimoni dari seorang teman yang 3 anaknya disunat semua sejak masih bayi, membuat ayah bunda jadi tidak ragu lagi ditambah ada beberapa artikel di internet yang malah menyarankan sunat di saat masih bayi.

Meskipun begitu saat Kaysan di sunat, ayah dan bunda malah tidak berani melihat, mbahnya yang menemani di dalam ruangan. Kaysan hanya menangis saat disuntik bius lokal setelah itu tenang dan malah tertidur. Tidak seperti yang dibayangkan, ternyata Kaysan tidak rewel, dia menangis hanya saat ingin menyusu saja. Setelah tiga hari lukanya sudah mengering karena ayah rajin mengolesi dengan minyak but but, tapi baru berani dimandikan setelah seminggu kemudian.

Sunat saat bayi ini belum begitu populer di lingkungan rumah kami, makanya saat tetangga tau, banyak yang heboh dan bingung. Tapi setelah melihat sendiri Kaysan tidak rewel dan lukanya cepat mengering, mereka baru percaya sunat saat bayi itu tidak apa-apa.

BERAT BADAN

Berat badan Kaysan saat lahir hanya 2.920 kg, tapi beberapa minggu setelahnya langsung mengalami kenaikan yang pesat. Pernah dalam sebulan naik sampai hampir 2 kg. Alhamdulillah hanya asi saja tanpa tambahan sufor, dan alhamdulillah lagi Kaysan terlihat montok jadi bunda tidak perlu berdebat dengan orang-orang yang bilang kalau bayi kurus karena ASI nya jelek. Maklumlah ya bagi sebagian masyarakat ukuran bayi sehat itu ya bayi yang gemuk. Padahal meskipun bayi yang masih ASI eksklusif tidak gemuk tapi tetaplah sehat.

Karena Kaysan gemuk ini sempat membuat khawatir juga karena gerakannya jadi kurang lincah termasuk jadi sulit untuk tengkurep (tengkurep bahasa Indonesianya apa yah) tapi akhirnya dia berhasil tengkurep sendiri pas di saat ulbul yang ke 4. Kemudian jadi berpikir lagi memindahkan kasur ke bawah karena ngeri terjun bebas dari kasur.

P I L E K

Saat Kaysan usia dua bulan, hidungnya mampet karena pilek. Pertama kalinya sejak lahir baru kali ini dia sakit. Banyak tamu yang datang ke rumah dan menciuminya. Seharusnya sih tanpa harus dilarang, bayi tidak diciumi yah, karena kan masih rentan penularan penyakit. Tapiii yaaaah begitulaaah :). Beberapa hari Kaysan rewel, bunda hanya memperbanyak pemberian ASI, bonding dan menelungkupkan badannya di pangkuan sambil di tepuk tepuk tengkuknya. Paling sedih kalau melihat anak sakit apalagi ini masih bayi. Alhamdulillah setelah seminggu sudah sembuh tanpa harus ke dokter.

FANSNYA KANAYA

Kaysan masih bayi tapi sudah mengerti kakaknya. Kalau kakaknya datang dia langsung tersenyum. Kalau menangis seheboh apapun saat mendengar suara kakaknya, dia langsung diam dan menoleh ke arah suara Kanaya. Pokoknya fans beratnya si kakak. Kanaya juga sangat perhatian dengan adiknya, kalau gumoh dia langsung inisiatif membersihkannya, membacakan buku cerita dan paling marah kalau Kaysan nangis tapi bunda tidak segera menggendongnya. Mungkin bayi juga sudah punya feeling yah kalau orang yang perhatian ini adalah kakaknya.

Kaysan sayang, sehat-sehat ya nak.... mmmmuach


Welcome Home Baby Boy

Selasa, 05 Juli 2016

Repost dari blog bunda

 
Alhamdulillah, setelah melalui proses yang berliku, akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Seorang bayi mungil yang dengan tangisannya saat keluar dari perutku, menghentakkan kembali nuraniku sebagai ibu untuk mensyukuri nikmatNya yang luar biasa ini.

Aku sudah mulai cuti dari tanggal 22 Februari 2016 setelah penggantiku datang dan mentransfer pekerjaanku padanya. Rasanya lega bisa cuti dan istirahat di rumah karena aku nyaris tidak sanggup berjalan, Selangkangan terasa nyeri, kalau duduk atau berbaring punggung sakit, sesak nafas, kontraksi berkali kali dan fisik yang sangat lelah. Sejak cuti aku hanya berbaring saja di tempat tidur sambil terus makan makanan yang menambah darah dengan harapan HB ku segera naik.

Jumat sore 26 Februari 2016 aku dan suami bersiap ke rumah sakit untuk kontrol kandungan. Sebenarnya aku sudah mendaftar untuk kontrol hari Sabtu paginya, tapi aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu bu dokter untuk menyampaikan keluhanku yang terasa semakin parah. Jadi aku putuskan untuk memajukan jadwal kontrol.

Sampai Rumah Sakit aku langsung menuju laboratorium untuk cek HB. Suamiku mendorongku dengan kursi roda karena jika berjalan bagian bawah perut terasa sakit. Setelah hasil lab selesai aku membawanya ke dokter kandungan. Alhamdulillah HB ku membaik meskipun belum bisa dikatakan normal. Dokter bergegas memeriksa kondisi bayi melalui usg, menurutnya, dengan usia kehamilan 39 minggu, kondisi kehamilanku sudah cukup matang. Dengan mempertimbangkan kondisi kakiku yang nyeri bila ditekuk (efek kecelakaan beberapa tahun lalu), dan HB yang membaik dokter menyarankan SC. Dokter bertanya , siap SC besok sore bu? Aku tidak langsung menjawab tapi berpandangan dulu dengan suami minta persetujuannya, akhirnya diputuskan keesokan harinya aku harus SC. Malam itu juga aku dan suami mengurus administrasi untuk sabtu dan langsung pulang ke rumah untuk kembali ke rumah sakit esok hari.

Malam menjelang SC aku tidak bisa tidur, rasanya gelisah dan pikiranku mengembara kemana mana. Sampai menjelang subuh baru aku bisa terlelap sebentar, padahal jam 7 pagi aku sudah harus ke rumah sakit lagi. Meskipun ini SC yang kedua tapi rasa takutnya melebihi yang pertama. Saat melahirkan Kanaya dulu aku tidak tahu bagaimana rasanya melahirkan, jadi malah lebih tenang. Tapi kali ini aku sudah membayangkan ketegangan di ruang operasi .

Sabtu 27 Februari 2016, pkl 18.00 dengan doa yang tak henti dari mulutku, aku memasuki ruang operasi. Dokter kandungan yang menangani kelahiran anakku langsung menemuiku dan menggenggam tanganku yang dingin, banyak berdoa ya bu, katanya. Jujur saja aku malah tambah tegang setelah dokter berkata seperti itu. Apalagi dokter juga mengingatkan agar petugas medis di ruang operasi menyiapkan dua kantong darah , untuk berjaga-jaga jika aku pendarahan. Ya Allah, saat itu yang ada di pikiran, apakah aku bisa selamat dengan riwayat HB ku yang tidak stabil.
Di ruang operasi aku seolah berdialog dengan Allah, aku berharap operasi ini baik-baik saja karena ada mama dan suamiku yang menunggu di luar sangat menginginkan aku dan bayiku selamat dan aku tidak ingin mereka sedih jika terjadi sesuatu denganku. Rasanya ingin menangis saat menghadapi ketegangan ini tapi aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi.




 Alhamdulillah pkl 18.25 tangisan yang aku tunggu selama 9 bulan itu terdengar juga. Tangisannya melengking memenuhi ruang operasi. Tidak berapa lama kemudian anakku di letakkan di dadaku untuk IMD, dengan gemetar kuucapkan tasbih berkali kali. Rasanya luar biasa sekali bisa menatap wajahnya untuk pertama kali.
Setelah di observasi selama dua jam akhirnya aku kembali ke ruang perawatan, Alhamdulillah HBku tidak turun terlalu banyak dan pendarahannya juga normal. Jadi aku tidak perlu transfusi darah. Lega rasanya. Berbeda dengan SC ku yang pertama dimana rasa sakit baru muncul di hari kedua, kali ini aku sudah merasakan sakitnya jahitan sejak masuk ruang rawat inap. Apalagi jam 11 malam anakku di antar ke ruangan untuk disusui. Jangankan untuk bangun dari tempat tidur, untuk miringpun belum sanggup, akhirnya aku menyusui dengan posisi tiduran dan anakku yang dimiringkan. Meskipun rasanya sakit sekali tapi aku berusaha untuk menyusui anakku.

ASI memang belum keluar, tapi aku yakin dengan sesering mungkin menyusui maka asi akan segera keluar. Belajar dari pengalaman melahirkan anak pertama yang langsung diberi sufor saat asi tidak keluar, jadi aku lebih semangat untuk terus belajar menyusui. Alhamdulillah karena bayiku juga pintar menghisap puting jadi asi lebih cepat keluar, ahad sore dia sudah bisa menikmati asi, bahkan aku juga menyempatkan pumping karena asiku berlimpah sedangkan bayi belum banyak menyusu.

Alhamdulillah, syukur yang tak terputus atas nikmat Allah yang luar biasa ini. Semoga amanah yang Allah berikan ini bisa kujaga sebaik baiknya dan aku diberi kemampuan untuk bisa lebih baik lagi menghadapi fase-fase selanjutnya pasca melahirkan.



my everything

my everything
kanaya almira hasna. Diberdayakan oleh Blogger.