Anak adalah para peniru
ulung. Apapun yang dia lihat dan dengar dari sekelilingnya akan
menjadi media belajar untuk meniru. Begitu pula Kanaya, yang
setiap hari selalu ada saja hal-hal baru yang didapatnya hasil dari
meniru baik itu yang positif maupun negatif.
Kami orang dewasa (ayah,
bunda dan mbah) di rumah sudah berusaha untuk selalu mencontohkan
hal-hal positif kepada Kanaya dengan tingkah laku maupun perkataan.
Tidak pernah kami mengucapkan kata kasar, untuk mencontohkan kebaikan
pada Kanaya. Tapiiiiii ….......... belakangan ini ayah, bunda dan
mbah dibuat terkaget kaget dengan banyaknya kosakata baru dari Kanaya.
Seperti suatu hari saat
bunda menolak keinginannya, tiba tiba dia marah sambil menghentakan
kakinya dan berteriak, bunda nakaaallll....... Bahkan beberapa kali
dia marah sambil melemparkan barang-barang di sekelilingnya dan
sesekali juga memukul bunda. Kanaya juga pernah berkata
...apa lo, …. sambil matanya melotot ke arah bonekanya.
Yup, rupanya Kanaya
mendapat kata-kata negatif dan bertingkah kurang baik seperti itu karena meniru
anak tetangga yang usianya 9 tahun. Semua tingkah lakunya benar-benar ditiru. Kanaya memang lebih senang
bermain bersama anak-anak yang usianya jauh lebih tua, bunda sudah
mengarahkan supaya bermain dengan temannya yang seusia tapi dia
sering menolak.
Kemarin saat mandi dan
melihat gayung tiba-tiba Kanaya nyeletuk,
Kanaya : bunda ini kan
gayungnya nenek gayung ya.... (kalau gak salah ini tokoh hantu di
film)
Bunda : (berusaha
tenang, meskipun agak kaget ) nenek gayung itu apa sih nak
Kanaya : enggak tau
Bunda : trus Kanaya tau
nenek gayung dari mana
Kanaya : kemarin
diceritain teteh N**
Lain waktu.....
Kanaya : bunda, kan
kalau pocong jalannya kaya gini yaa. (dia meletakkan kedua tangan
dan melompat lompat)
Bunda : oh ya, begitu ya?
( menenangkan diri sejenak )
Kanaya : iya, kata si
C*** , pocong itu kalau jalan lompat lompat
Bunda : Kanaya takut
enggak?
Kanaya : enggak lah
kan aku berani
Bunda : Pocong itu apa
ya?
Kanaya : enggak tau deh
Ya, meskipun dia hanya
sekedar mengucapkan kata tanpa tahu artinya, bunda sudah cukup was was
kalau sampai dia jadi ketakutan karena tokoh-tokoh hantu yang sering
dia dengar dari teman-temannya. Apalagi dia sering berkomentar....
iih serem ya nda itu kaya setan…. kalau sedang melihat gambar
wajah badut yang ber make up warna warni.
Awalnya bunda sempat
terpikir ingin mengisolir Kanaya dari pergaulan dan tidak
memperbolehkannya keluar rumah sama sekali, tapi tentu saja itu
tidak adil bagi Kanaya karena dia tetap butuh bersosialisai dengan
teman-temannya. Akhirnya bunda mengambil keputusan Kanaya tetap boleh
bermain keluar rumah tapi diusahakan untuk bermain dengan teman
sebayanya. Alhamdulillah, mbah yang ikut mengawasi Kanaya sangat
kooperatif untuk lebih ketat lagi mengarahkan Kanaya.
Sebenarnya, teman-teman
Kanaya yang sebaya, senang bermain di rumah bunda. Hampir setiap hari
banyak anak-anak yang datang untuk meminjam buku dan mainan. Tapiii
namapun bocah ya, kadang ada bosannya juga dan tertarik bermain di
luar bersama anak-anak yang lebih tua usianya.
Bunda belajar banyak dari
perkembangan Kanaya akhir – akhir ini, ternyata memang sebaik
apapun mendidik anak di dalam rumah, tapi bila lingkungan di luar
buruk, anak kita akan terkena juga dampaknya. Bunda tidak bermaksud
menyudutkan tetangga bahwa dia tidak baik dalam mendidik anaknya,
meskipun memang ada sebuah keluarga di lingkungan rumah bunda yang
semua anggota keluarganya selalu bermasalah ( ayah ibunya sering
bertengkar sampai heboh, anak-anak dipukuli di jalanan, sering
berteriak kasar dll ).
Bunda juga tidak bisa mengatur tetangga dalam mendidik anaknya, setiap orang tua punya aturan masing-masing dalam menerapkan parenting di keluarganya. Buruk menurut bunda belum tentu juga buruk menurut mereka
PR bagi ayah dan bunda
untuk bisa menerapkan smart parenting bagi Kanaya dan berusaha
menjadikan sekelilingnya menjadi lingkungan yang baik untuknya.