Welcome Home Baby Boy

Selasa, 05 Juli 2016

Repost dari blog bunda

 
Alhamdulillah, setelah melalui proses yang berliku, akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Seorang bayi mungil yang dengan tangisannya saat keluar dari perutku, menghentakkan kembali nuraniku sebagai ibu untuk mensyukuri nikmatNya yang luar biasa ini.

Aku sudah mulai cuti dari tanggal 22 Februari 2016 setelah penggantiku datang dan mentransfer pekerjaanku padanya. Rasanya lega bisa cuti dan istirahat di rumah karena aku nyaris tidak sanggup berjalan, Selangkangan terasa nyeri, kalau duduk atau berbaring punggung sakit, sesak nafas, kontraksi berkali kali dan fisik yang sangat lelah. Sejak cuti aku hanya berbaring saja di tempat tidur sambil terus makan makanan yang menambah darah dengan harapan HB ku segera naik.

Jumat sore 26 Februari 2016 aku dan suami bersiap ke rumah sakit untuk kontrol kandungan. Sebenarnya aku sudah mendaftar untuk kontrol hari Sabtu paginya, tapi aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu bu dokter untuk menyampaikan keluhanku yang terasa semakin parah. Jadi aku putuskan untuk memajukan jadwal kontrol.

Sampai Rumah Sakit aku langsung menuju laboratorium untuk cek HB. Suamiku mendorongku dengan kursi roda karena jika berjalan bagian bawah perut terasa sakit. Setelah hasil lab selesai aku membawanya ke dokter kandungan. Alhamdulillah HB ku membaik meskipun belum bisa dikatakan normal. Dokter bergegas memeriksa kondisi bayi melalui usg, menurutnya, dengan usia kehamilan 39 minggu, kondisi kehamilanku sudah cukup matang. Dengan mempertimbangkan kondisi kakiku yang nyeri bila ditekuk (efek kecelakaan beberapa tahun lalu), dan HB yang membaik dokter menyarankan SC. Dokter bertanya , siap SC besok sore bu? Aku tidak langsung menjawab tapi berpandangan dulu dengan suami minta persetujuannya, akhirnya diputuskan keesokan harinya aku harus SC. Malam itu juga aku dan suami mengurus administrasi untuk sabtu dan langsung pulang ke rumah untuk kembali ke rumah sakit esok hari.

Malam menjelang SC aku tidak bisa tidur, rasanya gelisah dan pikiranku mengembara kemana mana. Sampai menjelang subuh baru aku bisa terlelap sebentar, padahal jam 7 pagi aku sudah harus ke rumah sakit lagi. Meskipun ini SC yang kedua tapi rasa takutnya melebihi yang pertama. Saat melahirkan Kanaya dulu aku tidak tahu bagaimana rasanya melahirkan, jadi malah lebih tenang. Tapi kali ini aku sudah membayangkan ketegangan di ruang operasi .

Sabtu 27 Februari 2016, pkl 18.00 dengan doa yang tak henti dari mulutku, aku memasuki ruang operasi. Dokter kandungan yang menangani kelahiran anakku langsung menemuiku dan menggenggam tanganku yang dingin, banyak berdoa ya bu, katanya. Jujur saja aku malah tambah tegang setelah dokter berkata seperti itu. Apalagi dokter juga mengingatkan agar petugas medis di ruang operasi menyiapkan dua kantong darah , untuk berjaga-jaga jika aku pendarahan. Ya Allah, saat itu yang ada di pikiran, apakah aku bisa selamat dengan riwayat HB ku yang tidak stabil.
Di ruang operasi aku seolah berdialog dengan Allah, aku berharap operasi ini baik-baik saja karena ada mama dan suamiku yang menunggu di luar sangat menginginkan aku dan bayiku selamat dan aku tidak ingin mereka sedih jika terjadi sesuatu denganku. Rasanya ingin menangis saat menghadapi ketegangan ini tapi aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi.




 Alhamdulillah pkl 18.25 tangisan yang aku tunggu selama 9 bulan itu terdengar juga. Tangisannya melengking memenuhi ruang operasi. Tidak berapa lama kemudian anakku di letakkan di dadaku untuk IMD, dengan gemetar kuucapkan tasbih berkali kali. Rasanya luar biasa sekali bisa menatap wajahnya untuk pertama kali.
Setelah di observasi selama dua jam akhirnya aku kembali ke ruang perawatan, Alhamdulillah HBku tidak turun terlalu banyak dan pendarahannya juga normal. Jadi aku tidak perlu transfusi darah. Lega rasanya. Berbeda dengan SC ku yang pertama dimana rasa sakit baru muncul di hari kedua, kali ini aku sudah merasakan sakitnya jahitan sejak masuk ruang rawat inap. Apalagi jam 11 malam anakku di antar ke ruangan untuk disusui. Jangankan untuk bangun dari tempat tidur, untuk miringpun belum sanggup, akhirnya aku menyusui dengan posisi tiduran dan anakku yang dimiringkan. Meskipun rasanya sakit sekali tapi aku berusaha untuk menyusui anakku.

ASI memang belum keluar, tapi aku yakin dengan sesering mungkin menyusui maka asi akan segera keluar. Belajar dari pengalaman melahirkan anak pertama yang langsung diberi sufor saat asi tidak keluar, jadi aku lebih semangat untuk terus belajar menyusui. Alhamdulillah karena bayiku juga pintar menghisap puting jadi asi lebih cepat keluar, ahad sore dia sudah bisa menikmati asi, bahkan aku juga menyempatkan pumping karena asiku berlimpah sedangkan bayi belum banyak menyusu.

Alhamdulillah, syukur yang tak terputus atas nikmat Allah yang luar biasa ini. Semoga amanah yang Allah berikan ini bisa kujaga sebaik baiknya dan aku diberi kemampuan untuk bisa lebih baik lagi menghadapi fase-fase selanjutnya pasca melahirkan.



6 comments

Juli 11, 2016

barakallah, selamat ya mba atas kelahiran putranya
ikut deg2an baca ceritanya soalnya saya setaun yg lalu juga melahirkan dengan SC
alhamdulillah sehat lancar semua :)

Juli 11, 2016

alhamdulilah... selamat ya mbak
smg Kaysan menjadi anak sholeh, aamiin

Juli 12, 2016

alhamdulillah..adiknya kanaya sudah lahir ya...

selamat ya

Juli 15, 2016

@adityaaamiin... makasih yaa.. alhamdulillah kalau mba juga lancar SC nya..

Juli 15, 2016

@effie nettaaamin.... makasih ya mba Effie

Juli 15, 2016

@fitri anitamakasih mba Fitri

Posting Komentar

terima kasih untuk kunjungannya ke blog Kanaya, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi yaaaa.......

my everything

my everything
kanaya almira hasna. Diberdayakan oleh Blogger.