Repost dari blog bunda
Alhamdulillah, setelah melalui proses
yang berliku, akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Seorang bayi mungil
yang dengan tangisannya saat keluar dari perutku, menghentakkan kembali
nuraniku sebagai ibu untuk mensyukuri nikmatNya yang luar biasa ini.
Aku sudah mulai cuti dari tanggal 22 Februari 2016 setelah penggantiku
datang dan mentransfer pekerjaanku padanya. Rasanya lega bisa cuti dan
istirahat di rumah karena aku nyaris tidak sanggup berjalan,
Selangkangan terasa nyeri, kalau duduk atau berbaring punggung sakit,
sesak nafas, kontraksi berkali kali dan fisik yang sangat lelah. Sejak
cuti aku hanya berbaring saja di tempat tidur sambil terus makan makanan
yang menambah darah dengan harapan HB ku segera naik.
Jumat sore 26 Februari 2016 aku dan suami bersiap ke rumah sakit untuk
kontrol kandungan. Sebenarnya aku sudah mendaftar untuk kontrol hari
Sabtu paginya, tapi aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu bu dokter
untuk menyampaikan keluhanku yang terasa semakin parah. Jadi aku
putuskan untuk memajukan jadwal kontrol.
Sampai Rumah Sakit aku langsung menuju laboratorium untuk cek HB.
Suamiku mendorongku dengan kursi roda karena jika berjalan bagian bawah
perut terasa sakit. Setelah hasil lab selesai aku membawanya ke dokter
kandungan. Alhamdulillah HB ku membaik meskipun belum bisa dikatakan
normal. Dokter bergegas memeriksa kondisi bayi melalui usg, menurutnya,
dengan usia kehamilan 39 minggu, kondisi kehamilanku sudah cukup matang.
Dengan mempertimbangkan kondisi kakiku yang nyeri bila ditekuk (efek
kecelakaan beberapa tahun lalu), dan HB yang membaik dokter menyarankan
SC. Dokter bertanya , siap SC besok sore bu? Aku tidak langsung
menjawab tapi berpandangan dulu dengan suami minta persetujuannya,
akhirnya diputuskan keesokan harinya aku harus SC. Malam itu juga aku
dan suami mengurus administrasi untuk sabtu dan langsung pulang ke rumah
untuk kembali ke rumah sakit esok hari.
Malam menjelang SC aku tidak bisa tidur, rasanya gelisah dan pikiranku
mengembara kemana mana. Sampai menjelang subuh baru aku bisa terlelap
sebentar, padahal jam 7 pagi aku sudah harus ke rumah sakit lagi.
Meskipun ini SC yang kedua tapi rasa takutnya melebihi yang pertama.
Saat melahirkan Kanaya dulu aku tidak tahu bagaimana rasanya melahirkan,
jadi malah lebih tenang. Tapi kali ini aku sudah membayangkan
ketegangan di ruang operasi .
Sabtu 27 Februari 2016, pkl 18.00 dengan doa yang tak henti dari
mulutku, aku memasuki ruang operasi. Dokter kandungan yang menangani
kelahiran anakku langsung menemuiku dan menggenggam tanganku yang
dingin, banyak berdoa ya bu, katanya. Jujur saja aku malah
tambah tegang setelah dokter berkata seperti itu. Apalagi dokter juga
mengingatkan agar petugas medis di ruang operasi menyiapkan dua kantong
darah , untuk berjaga-jaga jika aku pendarahan. Ya Allah, saat itu yang
ada di pikiran, apakah aku bisa selamat dengan riwayat HB ku yang tidak
stabil.
Di ruang operasi aku seolah berdialog dengan Allah, aku berharap operasi
ini baik-baik saja karena ada mama dan suamiku yang menunggu di luar
sangat menginginkan aku dan bayiku selamat dan aku tidak ingin mereka
sedih jika terjadi sesuatu denganku. Rasanya ingin menangis saat
menghadapi ketegangan ini tapi aku hanya bisa pasrah dengan apa yang
akan terjadi.
Alhamdulillah pkl 18.25 tangisan yang aku tunggu selama 9 bulan itu
terdengar juga. Tangisannya melengking memenuhi ruang operasi. Tidak
berapa lama kemudian anakku di letakkan di dadaku untuk IMD, dengan
gemetar kuucapkan tasbih berkali kali. Rasanya luar biasa sekali bisa
menatap wajahnya untuk pertama kali.
Setelah di observasi selama dua jam akhirnya aku kembali ke ruang
perawatan, Alhamdulillah HBku tidak turun terlalu banyak dan
pendarahannya juga normal. Jadi aku tidak perlu transfusi darah. Lega
rasanya. Berbeda dengan SC ku yang pertama dimana rasa sakit baru muncul
di hari kedua, kali ini aku sudah merasakan sakitnya jahitan sejak
masuk ruang rawat inap. Apalagi jam 11 malam anakku di antar ke ruangan
untuk disusui. Jangankan untuk bangun dari tempat tidur, untuk miringpun
belum sanggup, akhirnya aku menyusui dengan posisi tiduran dan anakku
yang dimiringkan. Meskipun rasanya sakit sekali tapi aku berusaha untuk
menyusui anakku.
ASI memang belum keluar, tapi aku yakin dengan sesering mungkin menyusui
maka asi akan segera keluar. Belajar dari pengalaman melahirkan anak
pertama yang langsung diberi sufor saat asi tidak keluar, jadi aku lebih
semangat untuk terus belajar menyusui. Alhamdulillah karena bayiku juga
pintar menghisap puting jadi asi lebih cepat keluar, ahad sore dia
sudah bisa menikmati asi, bahkan aku juga menyempatkan pumping karena
asiku berlimpah sedangkan bayi belum banyak menyusu.
Alhamdulillah, syukur yang tak terputus atas nikmat Allah yang luar
biasa ini. Semoga amanah yang Allah berikan ini bisa kujaga sebaik
baiknya dan aku diberi kemampuan untuk bisa lebih baik lagi menghadapi
fase-fase selanjutnya pasca melahirkan.
6 comments
barakallah, selamat ya mba atas kelahiran putranya
ikut deg2an baca ceritanya soalnya saya setaun yg lalu juga melahirkan dengan SC
alhamdulillah sehat lancar semua :)
alhamdulilah... selamat ya mbak
smg Kaysan menjadi anak sholeh, aamiin
alhamdulillah..adiknya kanaya sudah lahir ya...
selamat ya
@adityaaamiin... makasih yaa.. alhamdulillah kalau mba juga lancar SC nya..
@effie nettaaamin.... makasih ya mba Effie
@fitri anitamakasih mba Fitri
Posting Komentar
terima kasih untuk kunjungannya ke blog Kanaya, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi yaaaa.......